3 penemuan orang indonesia yang mendunia

B.J Habibi – Teori Keretakan Pesawat


Pengguna produsen pdrodusen pesawat terbang sama tidak tahu persis sejauh mana bodi pesawat terbang masih handal untuk dioperasikan, pada awal 1990an, musibah pesawat terbang masih banyak terjadi karena kerusakan konstruksi yang tak terdeteksi. Kelelahan pada bodi pesawat masih sulit terdeteksi dengan keterbatasan perkakas. Titik rawan kelelahan ini biasanya terletak pada sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang. Atau antara sayap dengan mesin. Elemen iniliah yang mengalami guncangan keras secara terus menerus, baik secara lepas landas ataupun mendarat. Hingga kemudian pak habibi yang menemukan bagaimana titik kelelahan pesawat ini bekerja, perhitungannya sungguh rinci, sampai pada hitungan atomnya. Oleh dunia penerbangan, teori habibi ini lantas dinamakan crack progression. Hingga membuat nama habibi terkenal dengan sebutan mister crack. Berdasarkan teori ini, pesawat pun dibuat lebih aman. Tidak hanya resiko pada pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaanya mudah dan murah.
Dalam dunia penerbangan, terobosan ini dikenal dengan factor habibi. Dengan begitu daya angkut pesawatpun meningkat dan daya jelajahnya semakin jauh. Secara ekonomi kinerja pesawatpun dapat ditingkatkan lagi.

Ir. Tjokorda R Sukawati – Metode Sosrobahu 



Di kalangan orang-orang teknik sipil atau arsitek, teknik sosrobahu sudah barang tentu akrab di telinga. Teknik Sosrobahu merupakan teknik konstruksi yang digunakan terutama untuk memutar bahu lengan beton jalan layang. Dengan teknik ini, lengan jalan layang diletakkan sejajar dengan jalan di bawahnya, selanjutnya diputar 90 derajat sehingga pembangunannya tidak mengganggu arus lalu lintas di jalanan di bawahnya. Teknik ini banyak diterapkan di jalan layang, baik di Indonesia maupun di luar negeri, seperti Filipina, Malaysia, Thailand dan Singapura. Penemunya adalah orang Indonesia, yakni Ir. Tjokorda Raka Sukawati.

Sekira 1980-an akhir koran-koran nasional ramai mengabarkan pembangunan jalan tol dari Cawang ke Tanjung Priok, yang memiliki panjang total kurang lebih 16,5 Km. Pembangunan jalan ini tak berlangsung mulus. Kendala utamanya ada pada teknik konstruksi konvensional yang digunakan. Jika dipakai secara paksa teknik tersebut akan menambah macet arus lalu-lintas yang sibuk dan memiliki banyak persimpangan.

Bayangkan saja, tiang horizontalnya saja yang hendak dibangun bisa mencapai ukuran 22 meter, nyaris sama lebarnya dengan jalan by pass itu sendiri. Tentunya hal ini bertentangan dengan tujuan dibuatkannya jalan tol yang memang dirancang untuk mengatasi kemacetan. Alternatif lain yang diusulkan adalah memakai metode gantung, macam yang dilakukan di Singapura. Sayangnya apabila teknik ini yang dipakai, faktor biaya yang jauh lebih mahal yang menjadi kendalanya.


 
Pada tahun 1961, Prof. Sedijatmo menemukan sistem Fondasi Cakar Ayam sebagai alternatif pemecahan masalah tanah di bawah fondasi yang terlalu lunak. Sejak saat itu penggunaan Fondasi Cakar Ayam semakin meluas baik sebagai fondasi landasan pacu pesawat terbang maupun sebagai fondasi bangunan bertingkat.
Peranan pondasi turut menentukan usia dan ke stabilan suatu konstruksi bangunannya. Dalam dekade terakhir ini sistem pondasi telah berkembang dengan bermacam variasi. Tapi hanya sedikit yang menampil kan sistem pondasi untuk mengatasi masalah membangun konstruksi di atas tanah lembe

Dr. Joe Hin Tjio – Teori 23 Kromosom



Seorang ahli psiko kenetics asal Indonesia Dr. Joe Hin Tjio menemukan fakta bahwa kromosom Indonesia berjumlah 46 buah. Melalui penelitian di laboratorium institute of genetics of Sweden university, temuannya ini berhasil mematahkan ahil genetika bahwa jumlah kromosom adalah 48 buah. Ia berhasil menghitung jumlah kromosom dengan tepat setelah menyempurnakan teknik pemisahan kromosom manusia pada gelas preparat yang dikembangkan salah satu docter di texas university amerika serikat pada 1961. Jika setengah abad lamanya dunia ilmu pengetahuan dari banyak informasi yang mengatakan jumlah kromosom manusia adalah 48. Maka joe hin tjo menemukan fakta bahwa jumlah kromosom manusia sebenarnya adalah berjumlah 46 buah. Penemuan revolusionaer ini tertuang dalam jurnal hereditas kandidovia pada 19 januari 1956.
Previous
Next Post »